Stasiun Senen,
Malam Itu 17 Oktober 2013
Malam itu, gue dan ke-9 temen gue duduk manis di depan dunkin donuts St
Pasar Senen sambil nikmatin lontong. Alasan kita malem-malem di Stasiun bukan
karena di usir dari rumah atau bersih-bersih stasiun, tapi gue dan temen-temen
siap meluncur menuju Purbalingga menyambangi Gunung Slamet.
Gunung Slamet dengan ketinggian
3428 Mdpl adalah gunung paling tinggi ke 2 di Jawa setelah gunung Semeru (Jawa
Timur). Terletak di Jawa Tengah dan dikelilingi sedikitnya lima wilayah di
provinsi Jawa Tengah seperti Brebes, Tegal, Pemalang, banyumas dan Purbalingga.
Ada beberepa jalur yang bisa dilalui untuk mencapai puncak gunung slamet,
seperti jalur Bambangan, Batu Raden, dan Guci.
Dan pendakian kali ini kami
berencana mendaki gunung Slamet melewati Jalur Bambangan. Untuk sampe ke
Bambangan, kami pemuda-pemudi kece yang seluruhnya berdomisili dari Tangerang
memanfaatkan kereta sebagai transportasi paling beruntung yang kedapetan
penumpang-penumpang kece macam kita #yaelaa. Dialah Progo Ka Ekonomi Ac seharga
Rp 50.000,- , keberangkatan pukul 22:00 WIB. Kita milih berangkat malem biar
siangnya bisa cari duit dulu.
Jam 21:00 kita udah masuk peron,
tujuan akhir kereta Progo adalah Stasiun Lempuyangan. Dan tujuan akhir kita
adalah stasiun Purwokerto. Dan sebelumnya gue bakalan kenalin rekan-rekan
seperjalanan satu RT kali ini.
Tentunya gak lain dia pacar
jadi-jadian gue sejak kuliah, si Ria
Dava Mau’sapu’lidi, trus si kriting Kota Ka Moses dengan slogan “tetep aja bau” disetiap akhir kalimat, si
kriting Kabupaten Ka Iyong yang
tetep aja “terserah” atau bebas” kalo ditanyain pendapatnya, Kak Ison yang keberangkatan menuju
Gunung selalu penuh tipu daya ke istrinya kalo mau menggunung (belakangan
alasannya mau tes CPNS), Kak Ibnu
yang kalo ketawa lebih antusias dibandingkan yang laen, ada Kak Giring yang nganggep semua orang
yang dia temuin adalah saudaranya (alasannya biar gampang minta-minta), Kak Apoy yang katanya menderita asam
urat #yaelaaa, berikutnya Kak Echon
pacarnya Kak Iyong, Terakhir Kak Uky
pacarnya Kak Moses
Team Kece |
Singkatnya kami tiba di stasiun
Purwokerto pukul 03:40. Tempat pertama yang di cari adalah toilet dan selanjutnya
mushalah. Menunggu subuh dan akhirnya shalat subuh, setelahnya Shalat subuh
kami keluar stasiun. Untuk menuju kaki gunung slamet via bambangan, kita nyewa
pickup seharga Rp 300.000,-menuju purbalingga. Lama perjalanan yang ditempuh sekitar
2 jam.
Belum ada setengah perjalanan si
mobil berenti, nurunin kita di depan warung gudeg. Akhirnya rame-rame kita sarapan di sana. Sumpah gue gak suka
gudeg ,
tapi karna laper gue makan aja. Setelah puas sarapan, kita ngelanjutin
perjalanan. Udara masih segar di sini. Duduk dempet-dempetan di pickup sambil
tidur-tidur ayam. Sekitar jam 7 pagi kami semua tiba di basecamp.
Menghabiskan waktu untuk
Re-packing, beberapa orang registrasi untuk pendakian. Biaya registrasi Rp
3000,-/orang, selain biaya registrasi, salah satu anggota tim musti ninggalin
identitas asli. Cuaca kali itu cerah dan kering. Di basecamp pun minim air,
sampe pada akhirnya mau cebok aje musti beli air Aqua #banyakduit. Ckckck. Team
nyetok 20 botol aqua (Aernya juga ye) ukuran 1,5 liter dibagi ber-9 untuk
persediaan selama pendakian naik dan turun.
Re-Packing |
Pendakian dimulai jam 7:30 am.
Trek pertama di dominasi dengan ladang penduduk, sedikit menanjak dan penuh
kepulan debu karena saking kering dan panasnya cuaca. Melewati lapangan bola
dan jajaran pohon cemara #sedep. Jarang ketemu bonus di sini ,padahal baru trek
awal. Makin lama makin full tanjakan.
Seperti biasa kalo nanjak
kubu-kubuan. Walaupun diteriakin masih kedengeran, tetep aja misah, dan gue
dengan langkah keong berlalu sendirian dengan beban 60lt di punggung. Dan di
sambut dengan kamera tibalah 1,5 jam kemudian di Pos 1
Pos 1 ditandai dengan pondokan
seng, dan ada landmark (P. Gemirung). Gue gak tau sejarahnya kenapa namanya
jadi begitu ya, yang pasti ketika team udah ngumpul semua kita ngemil-ngemil
roti dan foto-foto kece.
Dan setelah puas , pendakian
dilanjutkan menuju pos 2. Dan treknya semakin menanjak didominasi dengan
pohon-pohon besar dan full hutan. Dan setelah engap-engapan juga diikutin tawon
ganjen, 2 jam kemudian tibalah di Pos 2 (P.Walang). Di Pos 2 pelataranya cukup
luas, cukup lah buat ngediriin tenda 1 atau 2 kalo udah gak kuat-kuat amat
trekking.
Sebentaran narsis di sana,
kemudian mulai roling beban. Setelah itu kita melanjutkan pendakian menuju pos
3. Dan pendakian kali ini ditemani geluduk petir. Masih belum turun air dari
langit dan jalur semakin nanjak tanpa ampun. Dan akhirnya 1,5 jam kemudian
tibalah di Pos 3 (Cemara). Dan hutan Indah di kanan kiri.
Gak lama di pos 3, kita
melanjutkan pendakian menuju Pos 4 (Samarantu). Dan kali ini ditemani gerimis.
Team memutuskan untuk tetap melanjutkan pendakian walopun dapet saran dari
pendaki laen untuk berhenti. Dan sampe pada akhirnya, ketika perut gak lagi
bisa diajak kompromi dan kabut mulai turun, team memutuskan membuat tenda
darurat di pos bayangan.
Cukup lama kita di sana menanti
hujan reda , manfaatin waktu buat menghangatkan diri dengan kopi dan teh.
Ngecek logistic juga dan ngedapetin telor udah pada pecah #yahelaa. Dan sampe pada akhirnya hujan reda, team
mulai packing lagi dan melanjutkan pendakian.
Dan 30 menit kemudian tibalah di
Pos 4. Saran dari pendaki-pendaki sebelumnya,jangan pernah nge-camp di Pos 4,
hahah. Gak tau dah kenapa, berdasarkan mitos ya begitu, Samarantu ialah hantu
samar-samar. Terus?
Gak lama di Pos 4 kita
melanjutkan lagi pendakian menuju Pos 5, pos tujuan untuk nge-camp. Cuma ketemu 1 – 2 team doang selama pendakian,
dan kali ini gue jalan paling depan. Manjat-manjat trek, ngelewatin pohon
tumbang. Dan sampe pada akhirnya ketika gue udah semangat trekking, langkah gue
terhenti karena gue ngeliat sesuatu yang bikin gue keder.
Sesuatu itu adalah binatang yang
gedenya ngelebihin body gue ataupun temen-temen gue. Gue gak tau itu apa ,
bodynya gede – Hitam - Berbulu, gue Cuma
bisa bilang klo itu beruang (Yang akhirnya diklaifikasi sama si Luki yang
kerajinan nanya-nanya sama orang) dan ternyata itu bukan beruang tapi Babi Hutan. Yaah sebodo, gue gak pernah tau
Beruang atau Babi Hutan kayak gimana. Intinya binatang yang gue liat itu tetep
gak ganteng dan nyeremin. Sepanjang perjalanan anak-anak pada mantau tapak
kaki. Bodo Akh.
Tapi parno aja gue selama
perjalanan karna takut tiba-tiba tu binatang datang lagi dan nyeruduk satu
diantara kita dan akhirnya tepat jam 16:30 tibalah kami di Pos 5 (P. Mata Air).
Total lama pendakian dari Basecamp hingga Pos 5 kisaran 8 jam, maklum gue
keong.
Di Pos 5 gak ada team laen
selain team kita. Pelataran di sini cukup luas, dan ada Pondokan Seng. Para
cowok akhirnya ngediriin tenda di dalam pondok untuk meminimalisir hembusan
angin yang emang kenceng banget. Dan jelas
karena ceweknya hanya ber-2, Gue sama Ria mulai masak apa aja yang bisa
di masak.
Langit makin gelap, semua
ngumpul deket kompor. Dan gak lama muncul 2 pendaki dari Surabaya. 1 diantara
mereka Cuma pake kaos tanpa lengan. Gak ngebayang gue gimana dinginnya. Pake
jaket aja gue dingin banget. Jeeeeh
Setelah puas makanin apapun yang
bisa dimakan, team milih untuk tidur lebih awal. Karena Summit Attack bakalan
dimulai di pagi buta. Oke Selamat Tidur.
Summit Attack,
Pos 5 , 03:00 am
Jam 3 pagi team udah bangun.
Ngemilin roti dan re-packing di daypack kecil. Nyiapan air plus cemilan untuk
summit attack. Dan tepat jam 3:30, kita memulai pendakian. Trek kali ini lebih
menanjak dan pelit bonus. Makin tinggi makin sulit nafas. Gue lupa berapa lama
waktu yang dibutuhin untuk mencapai pos 6 tapi ketika hutan makin renggang, gak
lama tibalah kami di Pos 7.
sunrise mmuach |
Dan subhanallah, Team tertahan
sebentar di pos 7, menikmati sunrise yang luar biasa. Puas bermain-main dengan
matahari. Team lanjut lagi dan nemuin terk yang full nanjak, tapi batas vegetasi
gunung slamet semakin terlihat ketika tiba di Pos 8. Setelah Pos 8, alam
didominasi dengan cantigi. Gak ada lai pohon-pohon tinggi yang bisa dijangkau.
Hingga akhrnya kami tiba di Pos 9, Batas Vegetasi.
Angin kencang mulai berasa dan
trek berubah. Didominasi bebatuan yang gue ga tau namanya apa. Dan hanya Allah
dan diri sendiri yang bisa membuat kita bertahan dijalur ini. Setiap pijakan
nyiptain longsoran yang kadang malah
bisa ngebahayaiin diri sendiri sama team yang ada di bawah.
Dan kadang kita pun harus
merangkak untuk ngamanin gerakan yang seringkali ketiup angin kenceng. Kadang
juga batu yang kita pegang malah lepas atau bahasa yang biasa gue denger itu
“ranggas”. Pas berdiripun, body gak seimbang karna kencangnya hembusan angin.
Dan akhirnya selama 2 jam
berjuang di medan yang berat. Tibalah kami di puncak tertinggi Jawa Tengah.
Subhanallah, memuaskan banget. Tapi anginnya tetep aja kenceng dan bikin
keseimbangan tubuh agak terganggu. Hahahaha
Pendakian ter-Ok dengan
rekan-rekan terbaik, gak lama di puncak kita memutuskan untuk turun. Perjalanan
turun 2x lebih cepat dibandingkan naek. Tapi nyiptain longsoran yang lebih
hebat pula. Si kak Ison bahkan bikin batu yang lumayan gede jatoh ngegelinding
menuju gue sama kak Giring.
Gak akan terlupakan,
kekonyolannya, ketegangannya dan segalanya. Ketika turunpun keadaan semakin
baik walau diguyur hujan ketika tiba di ladang. Tapi tetep penuh kenangan.
Kami menginap 1 malam lagi di
basecamp, ngabisin waktu buat maen kartu ditemani guyuran hujan di luar. Yaaah
beruntung buat yang udah turun, gak ngebayang team laen yang baru memulai
pendakian malam ini. Hujannya lumayan bikin kuyup dan kedinginan sepertinya.
Dan setelah waktu yang cepat
sekali berlalu, dan setelah segalanya siap, besokannya kami pulang menuju
Stasiun Tegal (Tadinya pengen turun lewat Guci tapi ada halangan). Nyewa
pick-up seharga Rp 300.000,- diantar selamat sampe Stasiun Tegal J Jangan ditanya
bagaimana bisa sampai ke rumah masing-masing di tangerang ke esokan harinya,
karena yang terkenang di keluyuran kali ini adalah pendakiannya J
Salam Bapa Mari
Maen
wah anterin atuh kak syamarah kesana :D
BalasHapusyuuuk
BalasHapus