Lawu 3265 Mdpl (Part I)
Jalur menuju pos 4 adalah tangga batu dan ada pegangan di setiap sisi kanan atau kiri demi membatasi jurang. Dan saking kebanyakan berhenti juga ketiduran di jalur, 2 jam yang berasa 10 jam tibalah kami di Pos 4.
Jalur menuju pos 4 adalah tangga batu dan ada pegangan di setiap sisi kanan atau kiri demi membatasi jurang. Dan saking kebanyakan berhenti juga ketiduran di jalur, 2 jam yang berasa 10 jam tibalah kami di Pos 4.
Dan
malam itu setelah melewati pos 4 dan ketika tiba di area cukup luas disekitaran
jalur menuju pos 5, tenda cantik sudah
berdiri anggun. Dinginnya lawu malam itu menusuk tulang. Tenda dan SB pun belum
mampu menghalau dinginnya cuaca malam itu. Baru kali ini juga gue gak nyentuh
dapur ketika tiba, tapi 6 cowo ini siap masakin makan malam. Haha
Tapi-tapi
ntah apa kabar masakan makan malam. Para cewe tepar kedinginan. Otak berasa
beku. Dinginnya lawu bener-bener menusuk tulang. Ntah berapa lama tidur dan
bergelut dengan dingin sampe pada akhirnya dibangunin sama manusia kribo dan
ditawarin indomi. Rasanya males banget buat bangkit dari kubur eh tidur
maksudnya. Sruput dua sruput akhirnya Tepar lagi.
Sunrise
dan Gumpalan Awan, 29 Maret 2014
Berasa
mendengar dan mencium sesuatu . Pas ditelusuri ternyata kacang ijo gosong.
Yailaaaaaaah , pagi yang dingin menyambut kami di Lawu. Rapi-rapi muka
seadanya, ngeregangin otot dan mulai berhamburan menyambut sunrise. Sunrise
yang gue idam-idamkan, hadir tanpa malu-malu membuat tersepona.
nyobain mode panorama |
tak terkatakan |
tak terkatakan 2 |
tak terkatakan 3 |
Puas
bermain dengan awan dan matahari, Team mulai melakukan hal yang lebih
bermartabat *masak untuk sarapan*. Kali ini yang bekerja di dapur adalah para
lelaki. Namun pada akhirnya mending nahan laper ketimbang makan. Hueheheh
*peace*
amit-amit |
Karena
niat awal turun via cemoro kandang, selesai makan kami mulai packing untuk
menuju Puncak Lawu. Jadi mengingat Sewu dan Kandang adalah 2 jalur yang
berbeda, jadi beban tetap melekat di punggung kemanapun kami pergi.
packing |
Insya
Allah di lawu gak akan kekurangan air, Kita bisa nyetok air dari Sindang
Drajat/Pos 6 yang berjarak sekitar 20 menit dari Pos 5. Trek kali ini cukup
landai dari Pos 5 ke Pos 6 viewnya adalah sabana. Di mana masih ada bukit di
balik bukit.
Jalur menuju pos 6 |
Sindang Drajat, di belakang kami ada mata air |
Melewati
Sindang Drajat akan menemui persimpangan, ke arah kanan Landai dan ke Kiri
menanjak dan cukup curam. Arah kanan adalah trek memutar dan melewati Warung
Mbok Yem yang melegenda sedangkan ke kiri langsung menuju puncak Lawu.
Ini Jalur ke Kanan |
Sabananya Lawu |
Trek
kali ini adalah campuran batu dan tanah. Cuaca kali itu cerah namun gak secerah
pemikiran gue mengingat para cewe kepisah sama para cowo gegara kebanyakan
foto-foto. Dan akhirnya 30 menit dari Sindang drajat tibalah kami di Puncak
Lawu dan siap menghujat para Cowo yang ninggalin.
puncak lawu |
Namun
setibanya di Puncak lawu, di sana hanya ada satu Rombongan yang gak kita kenal.
Para Cowo BMM yang tadinya ngeduluin kita gak ada di Puncak Lawu. Pikiran kotor
berkelebat, antara mereka bareng-bareng loncat ke Jurang atau tetiba terkubur
dalam tanah atau mungkin mereka berubah jadi burung jalak.
Penampakan Sabana dari Puncak Lawu |
15
menit menanti sambil foto-foto akhirnya salah satu pria Kribo muncul dari
semak-semak, ialah si Iyong. Ternyata mereka memilih jalur kanan yang menuju
warung mbok Yem. Satu persatu para cowo muncul. Penuh tawa kala itu, dilengkapi
dengan ratusan pose. Dan akhirnya setelah Puas di Puncak kami turun dan menuju
Warung mbok Yem.
Depan Warung Mbok Yem |
Cukup
lama nyantai disana, menikmati teh dan kopi, ketawa-ketiwi gak jelas. Dan
setelah puas kami mulai ngesot lagi. Perjalanan turun kali ini ditemani guyuran
hujan. Jadinya trek cemoro kandang yang didominasi tanah miring jadinya makin
licin. Geragapan megangin akar-akar, ranting-ranting atau segala tonjolan di
tanah. Ngetawain yang jatoh atau kpeleset, lengkap menemani perjalanan turun
kali ini.
Jalur
cemoro kandang lebih panjang dibanding Cemoro Sewu, namun mengingat jalur ini
dinikmati ketika turun jadi gak terasa begitu melelahkan. Heheh. Tapi licinnya
lumayan menggiurkan. Halah. Dan 4 jam kemudian tibalah kami di Basecamp Cemoro
kandang.
Melipir
ke warung dan rehat sebentar di sana. Dari Cemoro Kandang kami nyarter angkot
menuju stasiun Solo Jebres, tariff Rp 25.000/org.
Setibanya
di Stasiun disambut hujan gede segede-gedenya dah, menikmati waktu yang tersisa
dengan makan dan bersih-bersih, menceritakan kembali kenangan-kenangan yang
baru saja terjadi. Miss You All :)
Menanti Kereta menuju Tangerang :D |
Komentar
Posting Komentar